Hari Pendidikan Nasional bagi bangsa Indonesia merupakan salah satu hari yang penting untuk diperingati, karena merupakan hari yang bersejarah dalam perjalanan bangsa dan begitu banyak makna yang terkandung didalamnya. Hari Pendidikan Nasional atau biasa disingkat dengan Hardiknas adalah peringatan tahunan yang dilaksanakan setiap tanggal 2 Mei. Pemilihan tanggal 2 Mei adalah untuk menghormati jasa Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan nasional yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889 dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 316 Tahun 1959 tertanggal 28 November 1959.

Dalam sejarahnya, Hardiknas dilatarbelakangi oleh pergerakan-pergerakan yang dilakukan Ki Hajar Dewantara dan kawan seperjuangannya. Habib Mustopo dkk dalam buku Sejarah menceritakan, Ki Hajar Dewantara mendirikan Indische Partij bersama rekannya dr. Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker dengan tujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Kritiknya yang ia tulis dengan judul Als Ik een Nederlander was (seandainya aku orang Belanda) membuat dirinya harus menerima pengasingan ke negeri Belanda. Sejak dalam pengasingan itulah ia mendalami masalah pendidikan dan pengajaran. Sepulangnya ke tanah air pada tahun 1918, Ki Hajar Dewantara banyak mencurahkan perhatiannya pada sektor pendidikan. 

Pada tanggal 3 Juli 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang bernama Taman Siswa. Dalam buku Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia 1908-1945 yang ditulis Andriyanto, berdirinya Taman Siswa tak lain untuk mendidik dan menggembleng golongan muda serta menanamkan rasa nasionalisme. Tiga Semboyan Pendidikan Taman Siswa Ki Hajar Dewantara selalu menerapkan tiga semboyan dalam sistem pendidikan di Taman Siswa pada khususnya. Secara filosofis semboyan ini menerangkan tentang peranan seseorang. Semboyan ini berasal dari bahasa Jawa, yakni Ing ngarsa sung tuladha (ketika di depan kita harus memberi contoh atau suri teladan bagi mereka yang berada di tengah dan belakang), Ing madya mangun karsa (ketika di tengah kita harus bisa memberikan semangat untuk kemajuan), Tut wuri handayani (ketika di belakang kita harus mampu memberikan dorongan). Ki Hajar Dewantara wafat pada 26 April 1959 di usia 70 tahun.

Makna Penting Pendidikan bagi Ki Hajar Dewantara Melansir LPMP Riau Kemendikbudristek, pada peringatan Taman Siswa ke-30, Ki Hajar Dewantara mengatakan: “Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu 'dipelopori', atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri”. Maksud dari pernyataan Ki Hajar Dewantara tersebut dengan jelas menunjukkan apa yang seharusnya lahir dari proses pendidikan, yakni agar anak-anak mampu berpikir sendiri. Dengan demikian, para siswa menjadi orisinal dalam berpikir dan bertindak. Ki Hajar Dewantara beranggapan bahwa tolok ukur keberhasilan sebuah pendidikan adalah ketika anak mampu mengenali tantangan yang ada di depannya dan tahu bagaimana seharusnya mereka mengatasinya. 

Ada beberapa makna yang bisa kita ambil dari peringatan Hari Pendidikan Nasional saat ini, diantaranya:

Mendorong kesadaran pelajar untuk terus belajar tak sekadar lewat pendidikan formal. Salah satu gagasan Ki Hajar Dewantara adalah Tri Sentra Pendidikan (Tiga Pusat Pendidikan). Menerangkan bahwa pendidikan berlangsung di tiga ranah lingkungan yaitu, pendidikan di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, sudah semestinya kaum pelajar tak hanya menerapkan pendidikan saat sedang di sekolah/ madrasah sebagai ranah pendidikan formal saja. Sebagai kaum pelajar semestinya juga bisa berinisiatif mencari pendidikan pada ranah  informal (di kehidupan keluarga), dan bermasyarakat.

Mencontoh semangat Ki Hajar Dewantara dalam mencerdaskan bangsa. Ki Hajar Dewantara memiliki peran penting dalam memperjuangkan pendidikan generasi muda pada masanya maupun masa kini. Sebagai kaum pelajar dan insan-insan pendidikan seyogyanya memaknai esensi Hari Pendidikan Nasional tentu tidak sekadar dengan seremonial atau sekadar ucapan. Akan tetapi esensi penting dan utama yaitu dengan menghormati jasa beliau dengan terus bersemangat saat belajar dan ikut serta berkembang agar kualitas pendidikan yang kita miliki semakin baik sesuai dengan karakter dan nilai bangsa Indonesia.

Belajar tak hanya sekadar memperoleh nilai dan ranking bagus. Nilai dan ranking bagus sering kali menjadi target utama para pelajar. Sebaiknya kaum pelajar tak hanya berfokus sekadar mendapat nilai dan ranking yang bagus saja. Pendidikan bisa menjadi landasan kita untuk bersikap agar terhindar dari sifat-sifat yang menyimpang. Belajar adalah salah satu jalan untuk mengubah jalan hidup, untuk kemerdekaan diri, dan yang terpenting untuk mencerdaskan kehidupan sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Memanfaatkan kesempatan belajar semaksimal mungkin. Para pahlawan memiliki peran penting dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Sehingga saat ini kita bisa mengenyam pendidikan yang layak. Sebagai insan pendidikan dan kaum pelajar, sebaiknya memaknai esensi Hari Pendidikan Nasional dengan menghormati jasa para pahlawan yang telah berjuang. Salah satunya memanfaatkan kesempatan belajar yang telah diberikan semaksimal mungkin.

Hari ini kita memperingati Hari Pendidikan Nasional Tahun 2024, mari kita semarakan hari ini dengan semangat untuk meneruskan perwujudan tujuan Pendidikan nasional, mendidik generasi Pelajar Pancasila yang cerdas berkarakter, dan membawa Indonesia melompat ke masa depan dengan Pendidikan yang memerdekakan.

Demikian penulis sampaikan. Selamat Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2024.

Semoga bermanfaat!

 

Ditulis oleh Badrudin (Guru MTsN 3 Bogor)